Penjelasan BPS soal harga cabe rawit tembus Rp 100.000 per Kg
Kepala
Badan Pusat Statistik (BPS),
Suryamin ikut angkat bicara soal
melonjaknya harga cabe rawit belakangan ini. Dari penjelasan Suryamin,
kurangnya pasokan yang disebabkan tingginya curah hujan serta beberapa bencana
yang terjadi di Indonesia belum lama ini, mendorong harga cabe melambung
tinggi.
"Sentra produksi pasokan kurang dan
salah satunya karena erupsi G unung
Kelud salah satunya," ucap Suryamin di kantornya, Jakarta, Selasa (1/4).
Menurut Suryamin, kenaikan cabe rawit
berdampak signifikan atau turut menyumbang 0,05 persen dari inflasi. Dari
pantauan BPS, rata-rata kenaikan harga cabe rawit mencapai 16,45 persen di
sentra sentra produksi. "Cabe rawit untuk inflasi itu 0,05 persen,"
tegasnya.
Dari data yang dipaparkan Suryamin,
kenaikan harga cabe rawit terjadi di 61 kota dari 82 kota yang disurvei Indeks
Harga Konsumen (IHK). "Kenaikan tertinggi itu di Probolinggo dan Sumenep
mencapai 72 persen. Manado juga mencapai 67 persen," tutupnya.
Sebelumnya, di beberapa daerah harga
cabe rawit naik hampir 50 persen dari harga semula. Salah satu pedagang pasar
induk Caringin, Jawa Barat, Dadan Sujana mengatakan, harga cabe rawit merah
saat ini mencapai Rp 65.000 per Kilogram. Harga di pasar kecil yang langsung
menyentuh masyarakat disebut-sebut mencapai Rp 100.000 Kilogram.
"Sekarang naik dari harga Rp 40.000
mencapai Rp 60.000 sampai Rp 65.000 per Kilogram. Kalau di pasar kecil bisa Rp
100.000 per Kilogram," ucap Dadan ketika dihubungi merdeka.com di Jakarta,
Senin (31/3).
Dari penuturan Dadan, Kenaikan harga cabe sudah
mulai terjadi sejak sepekan lalu. Saat ini belum ada tanda-tanda harga cabe
rawit akan kembali turun. Menurutnya, melonjaknya harga cabe rawit terjadi
karena langkanya pasokan di pasaran. "Pasokan kurang seminggu ini,"
tukasnya.
Sumber : http://www.merdeka.com/uang/penjelasan-bps-soal-harga-cabe-rawit-tembus-rp-100000-per-kg.html
0 komentar:
Posting Komentar